DASAR-DASAR LOGIKA
A. Definisi
Logika
Kata logika berasal dari kata “Logike” (Kata sifat dari kata logos), dari bahasa yunani, yang kemudian
dirangkai dengan kata benda Scientia
artinya ilmu, lalu menjadi Scientia
Logika, kemudian hanya disebut logika. Menurut definisi yang banyak kita
jumpai tentang logika ialah bahwa logika itu cabang filsafat yang mempelajari
asas-asas dan aturan-aturan penalaran supaya orang dapat memperoleh kesimpulan yang benar. Jelasnya logika memuat
asas-asas dan aturan-aturan yang membantu kita untuk berfikir benar.
B. Alasan
mempelajari Logika
Bagi orang yang hidup tanpa pikiran yang sungguh-sungguh tentu saja tidak
pernah memikirkan tentang logika, mereka tidak pernah menyadari untuk
mempelajari logika. Ada juga orang yang beranggapan bahwa tanpa belajar logika
juga dapat berpikir jauh lebih hebat daripada orang–orang yang pernah belajar
logika. Lain halnya dengan orang–orang yang biasa berfikir ilmiah, mereka
adalah orang-orang yang kritis dan teliti, mereka dalam kehidupan sehari-hari
tidak puas terhadap pengalamanya saja tetapi mencari dasar dan hukum-hukum yang
dapat memberi penjelasan tentang pengalamannya itu.
Selain harus memikirkan hal-hal yang melamapui pengalamaman juga harus
dapat mengontrol pikiranya sehingga dirinya dapat segera menyadari apabila
suatu saat membuat kekeliruan dalam berfikir. Dengan mempelajari logika mereka
menjadi lebih teliti dengan kata-kata yang digunakan. Mereka akan memilih kata-kata yang tepat
dengan pikiran yang hendak mereka kemukakan, mereka juga menyusun kalimat yang
benar dan baik agar dapat dimengerti olah orang lain dan ditangkap oleh orang
lain sesuai dengan maksud yang dikehendakinya. Dengan singkat dapat dikatakan
logika dapat menambah kemampuan menggunakan akal atau menambah kecerdasan.
C. Logika dalam
kehidupan sehari-hari
Akibat dari bertambahnya pengalaman dan pengetahuan, manusia lebih suka
menggunakan akalnya untuk bekerja daripda dengan menggunkan ototnya. Mereka
menyadari bahwa menggunakan akal mereka dapat menghemat tenaga. Penggunaan akal
ternyata lebih luas lagi, yaitu untuk mencari keuntungan yang lebih banyak
dengan cara yang lebih mudah. Maka dalam
dunia perdagangan selalu digunakan akal untuk mempengaruhi orang banyak
agar membeli sesuau barangnya. Dalam kehidupan sehari-hari orang juga berpikir
logis tetapi tidak diperlihatkan langkah-langkah berfikir itu seperti pada ilmu
logika. Tetapi secara langsung mereka menggunakanya, sebab kalu mereka berpikir
dengan mencontoh seperti dalam belajar berfikir yaitu dengan menyebutkan
langkah demi langkah maka nampak tolol sekali.
D. Perkembangan
Logika
Logika telah dirintis sejak beberapa abad sebelum masehi yaitu dimulai di Yunani. Kemudian oleh
Aristoteles diselidiki dan disusun secara sistematis dalam karya-karya yang
disebut Organon atau alat. Pada zaman
itu Aristoteles tidak memberi nama logika tetapi menyebutnya Dialektika, kemudian Cicero yang
menyebut ilmu ini logika.
Aristoteles membagi ilmu-ilmu pengetahuan atas tiga golongan yaitu :
1)
Ilmu Pengetahuan praktis :
Ø Politika
Ø Etika
2)
Ilmu Pengetahuan Produktif :
Ø Teknik
Ø Kesenian
3)
Ilmu Pengetahuan Teoritis :
Ø Fisika
Ø Matematika
Ø Methapisika
(Filsafat)
Logika
Aristoteles sampai kini dikenal sebagai logika tradisionoil . logika
Aristoteles dikembangkan oleh filsuf filsuf sampai abad ke-19. Kemudian oleh
Leibnitz dirintis logika modern yang kemudian berkembang
4. Imperative
logic
Untuk melengkapi keterangan tentang
perkembangan logika, disini terdapat macam-macam logika yang telah berkembang
maupun yang baru tumbuh diantaranya :
1. Chronological
logic
2. Combinatory
logic
3. Deontic
logic
4. Erotetic
logic
5. Functional
logic
7. Intentional
logic
8. Intutionist
logic
9. Many
valued logic
10. Modal logic
11. Probabilistic logic
12. Prohairetic logic
13. Propositional logic
14. Syollogistic logic
15. Symbolic logic
E. Logika
sebagai Ilmu Normatif
Kalau dicari tempatnya dalam barisan ilmu maka logika termasuk ilmu
normatife, yaitu ilmu yang membicarakan bagaimana yang seharusnya kita
berfikir, dan bukan membicarakan berpikir seperti apa adanya. Logika memberikan
pedoman supaya pikiran kita benar, dan logika memberika syarat-syarat untuk
menetukan pernyataan yang benar.
F. Logika
harus dibedakan dari Psycologis
Psycolois mempelajari perkembangan pikiran, tentang pengalaman jiwa dan
pengaruh-pengaruh perasaan, imajinasi, serta organ-organ yang bekerja selama
terjadi kegiatan berfikir. Psycologi mempersoalkan orang yang sehat dan orang
yang sakit misalnya, yakni berbeda kemampuan dalam berfikir. Orang bisa
berfikir dengan baik jika hatinya sedang gembira, kesehatanya dalam kondisi
yang baik pula. Tetapi logika tidak mempersoalkan orang, juga tidak
mempersoalkan dalam keadaan bagaimana orang bisa menarik kesimpulan yang benar,
tetapi mempersoalkan bagaimana kesimpulan itu dapat ditarik secara sah.
PERLENGKAPAN
MEMPELAJARI LOGIKA
A. Logika dan
Bahasa
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan, tetapi bahasa
juga sebagai alat berfikir. Dengan bahasa kita dapat merumuskan pikiran kita,
dapat menyimpan peristiwa-peristiwa, dapat menyederhanakan pandangan–pandangan
kita. Oleh karena itu logika dan bahasa selalu berkaitan dengan kata lain
logika tergantung dari bahasa. Ada yang berpendapat bahwa sifat logika sangat
relative (R.Carnap) tetapi H. Scholz
berpendapat bahwa relativitet dari logika tidak seberapa karena di dalam
bahasa apapun juga orang berbahasa tentang hal yang sama. Oleh karena itu
hukum-hukum logika dari berbagai-bagai bahasa garis besarnya adalah sesuai.
B.
Bentuk dan Materi dari Pikiran
Menurut Aristoteles semua benda terdiri dari materi (hyle) dan bentuk
(morfe). Tiada benda yang hanya mempunyai bentuk saja atau materi saja. Pikiran
juga mempunyai materi dan bentuk, bentuk pikiran itu menyusun materi atau isi
dan pikiran, kalau kita sudah mempunyai materi pikiran dengan sendirinya sudah
ada bentuknya.
C. Validasi
dan Kebenaran suatu Pernyataan
Validasi dan kebenaran suatau pernyataan dalam logika dibedakan, artinya
adanya perbedaan ini mendapat perhatian yang istimewa. Bila ternyata kita telah
berbuat menurut semua peraturan penarikan kesimpulan berarti kesimpulan yang
kita tarik adalah sah atau valid. Sedangkan untuk membuktikan
kebenaran pangkal pikir atau premisnya tidak saja dibicarakan dalam logika
tetapi menyangkut juga metode ilmu, materi dan teknik dari ilmu pengetahuan
yang membicarakan pernyataan itu. Oleh karena itu dibedakan anatara logika yang
membicarakan kebenaran bentuk disebut formil dan logika yang membicarakan
kebenaran materi disebut logika materil.
PATOKAN
DASAR LOGIKA
Dalam logika dikenal juga patokan itu yang disebut Axiom of Inference (oleh Ueberweg) dan
oleh J.S. Mill disebut, “Universal
Postulates of reasonings”. Axiom of inferens ini menjadi dasar hukum
berfikir dan penarikan kesimpulan. Adapun axiom of inference ini terdapat empat
hukum, tiga hukum dari Aristoteles dan satu hukum lagi oleh Leibnitz.
Hukum-hukum yang dimakud ialah :
1.
Principium identitatis (Law of
identity) atau disebut hukum identitas
2.
Principium contradictionis (Law of
contradiction) atau hukum kontradiksi.
3.
Principium exlusi tertii (Law of
exluded middle) atau hukum penyisihan jalan tengah.
4.
Principium rationis sufficientis (Law
of sufficient reason) atau hukum cukup alasan.
PEMBAGIAN
DAN PENGGOLONGAN MENURUT LOGIKA
A. Pembagian
secara Logis
Adalah pembagian dari satu himpunan yang besar kepada kelompok yang dibawahnya (dari
genus ke species yang terdekat). Dengan dasar satu prinsif tertentu atau fundamentum divisionis. Ada beberapa
asas yang harus diperhatikan dalam mengadakan pembagian secara logis :
1.
Pembagian harus secara tuntas
2.
Kalau pembagian tidak berdasarkan satu prinsip tetapi memakai lebih dari
satu prinsip disebut pembagian bersilang, atau cross division.
3.
Anggota himpunan harus terpisah, penyimpangan dari peraturan ini disebut
pembagian saling meliputi atau Overlapping
division.
B. Pembagian dichotomy
Berdcasarkan hukum penyisihan jalan tengah, tidak ada
kemungkinan ketiga maka dapat diadakan pembagian secara tuntas, yaitu membagi
dua golongan yang saling terpisah. Pembagian menurut dichotomy ini ada
kebaikannya yaitu sederhana dan tegas. Tetapi keburukannya adalah bagian yang
negative tidak diketahui sesuatunnya.
C. Menggolong-golongkan (Classification)
Menggolong-golongkan adalah mulai yang terkecil menuju
himpunan yang lebih besar sampai yang terbesar. Mengadakan penggolongan harus
juga memakai satu prinsif sehingga tidak terjadi penggolongan bersilang. Yang
menjadi pedoman untuk mengadakan penggolongan itu adalah :
1.
Sifat bahan yang digolong-golongkan.
2.
Tujuan dan orang yang mengadakan pengolongan itu.
Adanya dua segi peninjauan itu dapat dibedakan antara
penggolongan kodrati dan pengolongan buatan.
Natural Classification (penggolongan
kodrati), yaitu penggolongan berdasar sifat yang melekat pada hal yang
digolongkan itu. Sedangkan Artifical Classification (Penggolongan buatan), yaitu penggolongan yang dibuat dengan suatu
tujuan tertentu, atau untuk tujuan praktis dalam hidup sehari-hari. Dan
penggolongan diagnostic adalah penggolongan yang masih bersifat meraba-raba,
penggolongan ini tidak sepenuhnya berdasarkan kodrati juga tidak berdasar pada
penggolongan buatan sepenuhnya.
TENTANG
PREDICABLE
Predicable ini adalah jenis-jenis predikat yang diketemukan
oleh Aristoteles. Menurut Aristoteles ada empat yaitu :
1.
Genus dan Species
2.
Differentia
3.
Proprium
4.
Accident
Genus dan Species adalah dua kelompok yang
berhubungan, genus adalah kelomok yang lebih besar yang tersusun oleh species
yaitu kelompok yang lebih kecil. Genus yan tertinggi disebut summum genus, genus yang terdekat dari
suatu species disebut proximum genus.
Semua kelompok yang ada antara summum genus dan infima species disebut subaltern genera.
Differentia atau
ciri pembeda, adalah ciri yang membedakan suatu species dengan species lainya
dalam suatu genus. Proprium bukan
merupakan cirri daripada sesuatu term yang didefinisikan tetapi merupakan
akibat daripada sifat atau cirri yang dimilikinya. Dan accident adalah atribut tambahan yang tidak termasuk cirri pembeda
atau sifat atau akibat daripada sifat yang dimiliki, tetapi hanya tambahan yang
tidak menyebabkan perbedaan pokok.
Pengertian konotasi
dan denotasi, konotasi objektif dan
denotasi adalah dua istilah yang harus dimengerti bersama-sama, konotasi adalah
menunjuk sifat-sifat daripada term.
Sedangkan denotasi adalah menunjuk pada cakupan daripada term itu. Konotasi
dibedakan menjadi tiga yaitu :
1.
Konotasi sejati, yaitu searti dengan definisi
2.
Konotasi subjektif, adalah arti yang kita berikan kepada sebuah term
berdasarkan tafsiran kita sendiri.
3.
Konotasi objektif, adalah sifat atau cirri dari sebuah term dari
banyaknya
tidak terbatas.
TERM-TERM DALAM LOGIKA
Yang dimaksud term adalah kata atau beberapa kata yang
mempunyai satu pengertian, didalam proposisi mempunyai kedudukan sebagai subjek
atau predikat. Pengertian kata adalah bunyi atau kesatuan bunyi yang mempunyai
arti tertentu, kata ada yang
kategorimatis dan ada yang sinkategorimatis.
Kata yang kategorimatis adalah sebuah kata yang dapat menjadi
term tanpa bantuan kata-kata lain. Sedangkan kata yang sinkategorimatis adalah
kata yang tidak dapat menjadi term tanpa bantuan kata-kata lain. Jenis-jenis
term yang lazim kita jumpai diantaranya :
1.
Term konkrit, adalah kata atau kata-kata yang menunjuk kepada suatu
benda atau hal lain yang berada dalam ruang dan waktu.
2.
Term abstrak, adalah term yang menunjuk pada sifat atau kumpulan sifat
dan juga hubungan.
3.
Term umum, yaitu term yang menunjukan pada suatu himpunan apapun
4.
Term kolektif, yaitu term yang digunakan untuk menunjuk kelompok benda
atau orang yang dianggap sebagai satu kesatuan.
5.
Term tunggal, yaitu term yang hanya menunjuk sebuah benda saja atau
seorang saja atau himpunan yang hannya beranggota satu.
6.
Term relatif, adalah term yang tidak dapat difahami bila tidak
disertakan hubungannya dengan benda atau hal yang lain.
7.
Term absolute, adalah term yang dapat difahami dengan sendirinya tanpa
mencari hubungannya dengan benda atau hal yang lain.
DEFINISI
Definisi adalah penjelasan yang tepat tentang sesuatu term,
tepat artinya tidak lebih dan tidak kurang. Term yang diberi penjelasan disebut
definiendum, kalimat yang
penjelasanya definiendum disebut definiens.
A. Peraturan membuat Definisi
Peraturan definisi diantaranya :
a.
Definisi harus dapat dibolak-balik
b.
Definisi tidak boleh negative
c.
Definiendum tidak boleh masuk dalam definiens
d.
Sebuah definisi harus menyatakan ciri-ciri hakiki dari definiendumnya.
e.
Definisi janganlah dibuat dengan bahasa yang kabur atau kiasan.
B. Jenis-Jenis Definisi
Jenis-jenis definisi diantaranya :
a.
Definisi Nominal, yaitu definisi yang bermaksud menjelaskan arti istilah
saja. Definisi ini disebut definisi sinonim.
b.
Definisi Denotatif, adalah definisi yang menunjuk contoh individual.
c.
Definisi Konotatif, yaitu definisi yang menjelaskan cukup lengkap kepada
definiendum karena telah menunjukan cirri pembeda dari genus yang terdekat.
d.
Definisi Operationil, definisi yang menerangkan langkah-langkah kegiatan
yang terjadi pada definiendum.
e.
Definisi Causal, yaitu definisi yang menjelaskann dengan cara
menceriterakan asal-usul terjadinya hal yang didefinisikan.
PROPOSISI
Proposisi adalah pernyataan atau kalimat dalam logika.
Proposisi yang lengkap terdiri dari atas bagian sbb :
a)
Pembilang (quantifier)
b)
Subyek (pokok kaliamat)
c)
Kopula (penghubung)
d)
Predikat (sebutan)
A. Jenis-Jenis Proposisi
1. Proposisi
tunggal (atomatic)
2. Proposisi
majemuk (Moleculair)
3. Proposisi
kategoris
4. Proposisi
affirmative (positif)
5.
Proposisi negative
6.
Proposisi disjunctive
7.
Proposisi conditional
8.
Proposisi a posteriori
9.
Proposisi analitik
10. Proposisi
apriori
11. Proposisi
conjunctif
12. Proposisi
universal
13. Proposisi
particular
14. Proposisi
assertoric
15. Proposisi
problematic
16. Proposisi
necessary
17. Proposisi
relasi
18. Proposisi
exclusive
19. Proposisiexceptive
B.Penyederhanaan Proposisi
Untuk menyederhanakan proposisi ini yaitu dengan cara
menggabungkan proposisi. Terdapat empat buah proposisi kategoris yang dapat
kita gabungkan menjadi empat proposisi baru diantaranya :
a.
Proposisi Universil
b.
Proposisi Particular
c.
Proposisi Affirmative
d.
Proposisi Negatif Setelah keempat proposisi itu digabungkan maka
terdapat :
1. Proposisi universil
affirmative, dengan lambang A
2. Proposisi universil
negative, dengan lambang E
3. Proposisi particular affirmative,
dengan lambang I
4. Proposisi particular
negative, dengan lambing
C.
Perubahan Bentuk Kalimat menjadi Proposisi
Jika kita hendak memasukan pikiran kita sebagai proposisi
harus kita menyesuaikan dengan bentuk-bentuk A,E,I,O. Dalam hal ini harus
diingat bahwa tidak terjadi perubahan arti, tetapi hanya perubahan bentuk.
Caranya yaitu dicari subjeknya, predikatnya dan kopulanya serta pembilangnya
kemudian disusun berdasarkan urutan sbb : Pembilang,
Subyek, Kopula, Predikat.
SILOGISME
Silogisme adalah cara penarikan kesimpulan dari dua
proposisi. Dua proposisi itu disebut premis-premis, dan kesimpulannya disebut
konklusi. Predikat daripada konklusi disebut term mayor, premis yang mengandung
term minor disebut premis minor.
A. Aturan Silogisme
1.
Tiap-tiap silogisme hanya ada tiga term yaitu term mayor, term minor dan
term menengah.
2.
Term menengah harus tersebar dalam premis.
3.
Bila sebuah term distributed dalam konklusi maka harus distributed di
dalam premis.
4.
Biola dua premisnya affirmative maka konklusinya affirmative.
5.
Bila salah sebuah premisnya negative maka konklusinya mesti negative.
6.
Bila kedua premisnya negative konklusinya tidak bisa ditarik.
Pola silogisme ditentukan oleh term menengah dalam
premis-premis. Sedangkan mood sylogisme, premis-premis dari silogisme dan
kesimulannya dapat disusun berpasangan sesuai dengan empat jenis proposisi
A,E,I,O.
B. Jenis-Jenis Silogsme
Jenis-jenis silogisme diantaranya :
Sylogisme Kategoris
adalah sylogisme yang terdiri dari tiga proposisi kategoris, yaitu dua buah
premis dan sebuh konklusi. Sylogisme
Kategoris adalah yang bersyarat yaitu premis mayornya suatu proposisi
hiphotesis conditional, hiphotesis disjunctive atau hiphotesis conjunctif. Dan Sylogisme Campuran adalah premis
minornya mengingkari atau membenarkan salah satu alternative, maka kesimpulanya
adalah proposisi kategoris.
C. Sylogisme yang Kompleks
Sorites, adalah susunan pikir berantai (polysilogisme), silogisme ini terdiri dari banyak proposisi atau
lebih dari tiga. Dilemma (perbincangan
serba salah), sejenis silogisme yang premisnya yang pertama berupa gabungan
dua proposisi kondisional, sedang premis yang kedua proposisi disjunctive.
MENARIK KESIMPULAN
SECARA LANGSUNG
Penarikan kesimpulan secara langsung adalah cara menarik
kesimpulan hanya dari satu premis. Penarikan konklusi secara ini ada beberapa
macam, yaitu sbb :
A. Conversi
Converse adalah sejenis penarikan konklusi secara langsung,
dalam hal ini terjadi perubaha letak subjek dan predikat, tetapi tidak ada perubahan
arti, kwalitas maupun kwantitas.
B. Obversi
Adalah jenis penarikan konklusi secara langsung, dalam hal
ini terjadi perubahan kwalitas proposisi, sedang arti tetap sama.
C. Kontraposisi
Jenis penarikan kesimpulan, dengan jalan memutar kedudukan subjek
menjadi predikat dan sebaliknnya, kemudian subjek dan predikat itu dibuat
menjadi lawanya. Kontraposisi adalah penarikan konklusi secara obversi dan
kemudian konversi. Kontraposisi masih dibedakan menjadi full contraposisi dan partial
contraposisi.
1)
Full contraposisi (kontraposisi
penuh), adalah pemutar balikan proposisi sehingga menghasilkan proposisi
baru yang predikatnya menjadi subjek premisnya.
2)
Partial contraposisi (kontraposisi
sebagian), pemutar balikan suatu proposisi sehingga menghasilkan proposisi
baru yang predikatnya sama seperti subjek premisnya.
Prinsif yang berlaku dalam menarik kesimpulan dengan
kontraposisi adalah sbb :
1.
Subjek konklusi adalah kontraditoris dari predikat yang dimiliki.
2.
Predikat konklusi adalah subjek proposisi yang diberikan.
3.
Kwalitasnya berubah.
4.
Tak ada term distributed dalam konklusi jika undistributed dala
premisnya.
5.
Kwantitas konklusi sama dengan kwantitas premis.
D. Inversi
Inverse adalah jenis penarikan konklusi secara langsung,
dalam hal ini subjek konklusi adalah kontradiktori dari subjek premis yang
diberikan.
E. Menarik kesimpulan secara langsung dengan Oposisi
Oposisi adalah menyatakan hubungan tertentu antara proposisi
A,E,I,O. tetapi oposisi juga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan secara
lengsung, dalam hubugannya dengan proposisi A,E,I,O. tersebut.
a.
Oposisi Subalternasi, hubungan antara proposisi-proposisi (A-I) &
(E-O) dengan subyek dan predikat sama.
b.
Oposisi Kontrari, hubungan antara proposisi A-E dengan subyek dan
predikat sama.
c.
Oposisi Sub-kontrari, hubungan dua proposisi khusus yang subyek dan
predikatnya sama tetapi kwalitasnya berbeda (I dan O)
d.
Oposisi Kontradiktori, hubungan antara proposisi (A-O) & (I-E)
dengan subyek dan predikat yang sama.
LOGIKA MATERIIL
A. Pengertian Logika
Materiil
Untuk memeriksa kebenaran isi premis itu dipelajari dalam
logika materiil. Didalam logika materiil diperhatikan hal-hal yang berhubungan
dengan usaha mencari kebenaran. Bagaimana manusia bisa memperoleh kebenaran.
Kebenaran itu ada dan kita dapat mengenal arti kebenaran, kita dapat berfikir
benar, sekalipun terdapat macam-macam jalan. Dan pada akhirnya akan menemukan
juga kepastian dan evidensi (cocok dengan
kenyataan).
B. Kebenaran dan Mengenal
Mengenal, menurut Aristoteles pengertian kita adalah gambaran benda-benda
dialam sekitar kita ini dalam kesadaran kita. Tetapi menurut Imanuel Kant,
apabila kita mengenal sesuatu objek itu tidak berarti kesadaran kita mengenal
gambaran obyek itu, tetapi kesadaran kita yang memberi bentuk kepada obyek itu.
Ternyata proses pengenalan atau penangkapan obyek itu bertingkat-tingkat yakni
sbb :
1.
Keadaan tidak tahu sama sekali,
dalam tingkat ini tidak dikenal adanya obyek, obyek tidak disadari dan
kebenaran obyek tidak ada.
2.
Kebimbangan, obyek
menampakan diri tetapi kesadaran tidak
dapat menerimanya, maka kesadaran harus memberi bentuk pada obyek itu.
3.
Mengira-ngira, setelah
kesadaran dapat menangkap obyek itu tidak segera diakui sebagai kebenaran
tetapi masih diteliti kembali apakah sudah sesuai antara bentuk yang diberikan
dengan gambaran obyek yang diterima kesadaran.
4.
Pendapat, setelah ada kesesuaian
antara obyek dan kesadaran maka ada pendapat tentang obyek itu, kesadaran bisa
memberi nama atau menjelaskan sifat-sifat dari obyeknya.
5.
Keyakinan, pendapat yang sudah
dikoreksi dan dikuatkan maka menjadi keyakinan.
6.
Kepastian, dari tingkat
keyakinan perlu diuji lagi dengan hal-hal yang lebih luas sehingga diperoleh
kepastian dari kebenaran obyek itu.
C. Beberapa Aliran yang berhubungan dengan Pengenalan
Kebenaran
Beberapa aliran filsafat yang cukup berpengaruh diantaranya :
1. Rationalisme
Meletakan dasar pengenalan pada akal.
2. Impirisme
Menyatakan bahwa kita memperoleh pengetahuan atau mengenal
kenyataan ini melalui kenyataan pancaindera.
3. Realisme
Dalam liran realism ada yang disebut realism naïf, yaitu
realisme yang kekanak-kanakan.
4. Skeptisme
Kaum skeptis berpendapat bahwa kita dapat mengenal kebenaran
suatu obyek, namun kita hanya dapat menangkap data saja, dengan kata lain kita
tidak dapat mengetahui bahwa kita mempunyai suatu pengetahuan. Skeptic adalah
akibat dari kekacauan jiwa. Maka terdapat beberapa bentuk dari skeptisme yaitu
:
Agnotiscasme,
adalah bentuk skepisme yang menyatakan bahwa akal kita tidak dapat menerobos ke
hal-hal yang diluar daerah pengalaman manusia. Kebenaran dan kepastian itu
tercapai apabila pengertian dalam akal kita sesuai dengan obyeknya. Perlu kita
ketahui bahwa kebenaran itu ada dua macam, yaitu :
1. Kebenaran Ontologis
2. Kebenaran Logis
Kebenaran
ontologis, adalah kebenaran daripada kenyataan benda-benda itu sendiri. Setiap
benda mempunyai sifat-sifat dan bentuknya masing-masing yang menjadikan hakikat
dirinya.
Kebenaran
logis, adalah adanya kesesuaian antara kesadaran atau pikiran dengan kebenaran
ontologism benda-benda itu.
Dengan
panca indera kita dapat menyaksikan kebenaran-kebenaran dalam benda (ontologism) yang kemudian disampaikan
kepada akal dan dijadikan kebenaran logis.
Maka kita memperoleh pengetahuan yang berdasarkan kebenaran, suatu kepastian
atau kebenaran pasti.
D. Norma-norma Kebenaran
Pendapat yang dikatakan benar perlu diukur lagi, ada beberapa
cara untuk mendapatkan kebenaran yakni :
a)
Kita telah diberi tahu oleh seseorang lain yang kita anggap mengerti
tentang kebenaran sesuatu.
b)
Kita dapat menyaksikan sendiri kebenaran itu dengan mengadakan
penelitian atau percobaan.
Berdasarkan
coraknya kepastian dapat dibedakan menjadi tiga :
1.
Kepastian Methapisis,
kepastian ini adalah berdasar pada halnya apabila dibalik terjadi kemustahilan.
2.
Kepastian fisis, kepastian ini
diperoleh dari pengalaman, kebalikan dari hal ini adalah salah tetapi tidak
mustahil.
3.
kepastian moril, adalah yang
diperoleh dari dalil psycologi atau kesusilaan.
E. Induksi dan Deduksi
Metode induksi sangat berguna untuk mendapatkan pengetahuan
baru, dengan berbagai percobaan yang berulang-ulang kita akan mendapatkan suatu
kesimpulan, kesimpulan ini adalah tambahan pengetahuan baru.
Pengetahuan-pengetahuan ini dapat kita gunakan sebagai premis-premis kemudian
bisa ditarik dan diperoleh kesimpulan baru. Menarik kesimpulan dari
premis-premis itu adalah cara deduksi atau metode deduktif. Jadi didalam
fikiran kita pengetahuan-pengetahuan itu tidak kita olah dengan satu cara saja
tetapi ada kerja sama antara metode induksi dan metode deduksi, ada kerja sama
antara pancaindera yang menangkap pengalaman dan akal fikiran yang mengolah
pengalaman itu menjadi pengetahuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar